MESIN BANTUAN ALSINTAN DIDUGA DIGELAPKAN OKNUM POKTAN CANDI MAKMUR

PRINGSEWU (PL) – Dalam meningkatkan kwalitas serta kwantitas produksi pangan dan menjadikan petani yang berdaulat pemerintah melalui sektor pertanian telah menggulirkan bantuan puluhan bahkan mungkin ratusan juta kepada kelompok tani, baik dalam bentuk uang tunai, alat produksi, bibit unggul atau pupuk. Bahkan bukan hanya dalam bentuk materi yang diberikan, tetapi dalam rangka untuk menunjang daya dukung peningkatan pangan petani juga dibekali dengan pelatihan agar lebih trampil dalam bertani.
Namun, program pusat yang bertujuan positif tersebut acap kali dimanfaatkan oknum tertentu untuk keuntungan kantong dan kepentingan pribadi sehingga malah justru merugikan petani.
Seperti yang terjadi di pekon Candiretno Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu beberapa petani anggota dari Kelompok Tani (Poktan) Candi Makmur mengaku bantuan yang tidak jelas tersebut berakibat sulit mencari pupuk saat musim tanam, selain harga melambung tinggi pupuk sebagai faktor pokok dalam bertani, terkadang malah hilang dari pasaran.
Salah satu Narasumber pekon cadiretno yang enggan disebutkan namanya kepada media ini, mengaku ada beberapa anggota kelompok tani belum pernah menikmati bantuan dari pemerintah tersebut. Minggu (6/1).
” Hanya dengar saja mas ada bantuan, baik pupuk, alat produksi, bajak dan lain lain. Dan setahu saya ada bantuan pupuk bersubsidi diberikan ke kelompok tani, untuk tahun kemarin bantuan tersebut diberikan dalam bentuk uang tunai, tapi kenyataanya kami masih kesulitan mendapatkan pupuk apalagi saat musim tanam, kemudian bajak dan yang lainnya saya juga belum pernah lihat apalagi mendapatkan manfaatnya,” umpat petani yang enggan disebut namanya tersebut.
Kusrin Ketua poktan Candi Makmur, saat dikonfirmasi media ini dikediamannya mengatakan soal bantuan subsidi pupuk diberikan dalam bentuk uang tunai dan sudah disalurkan kepada anggota kelompok.
” Bantuan sudah disalurkan, besaranya berbeda tergantung dengan luasan hamparan sawah yang digarap, dan bantuan tersebut belum ada anggota kelompok yang mengembalikan, soal lain bantuannya berupa mesin bajak dan Trasser (mesin perontok padi), namun mesin tersebut ada pada bendahara poktan, tanyakan saja ke beliau,” elaknya.
Fakta mengejutkan justru kami temukan saat media ini mencoba konfirmasi Rosidan selaku bendahara poktan, saat diminta menunjukan alat bantuan yang dimaksud, Trasser hasil bantuan dari pemerintah tersebut sudah tidak utuh lagi dimana mesin penggerak (mesin diesel) sudah tidak ada, Rosidan beralasan bahwa karena tidak ada yang menguasai operasional Trasser akhirnya mesin diesel sebagai mesin pengerak tersebut dipinjam pakaikan kepada adiknya untuk penggilingan kopi.
” iya mas, karena ga ada yang bisa mengoprasikan alat ini tidak dipakai, makanya mesin dieselnya dicopot dipakai oleh adik saya digunung untuk penggilingan kopi” sanggahnya. (Tim)