Anggaran 1 Milyar Lebih : Proyek “SERASI” 15 Hektar Sawah Belum Teraliri Air di Braja Fajar

LAMPUNG TIMUR (Pena Lampung) – Petani keluhkan kurang berfungsinya program Optimasi Lahan Rawa Mendukung Kegiatan Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani (SERASI) Tahun Anggaran 2019 dari Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan yang memakan anggaran mencapai satu Milyar lebih, tepatnya di Desa Braja Fajar, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur.
Menurut keterangan petani, sebelumnya ada bendungan air yang bisa dimanfaatkan untuk mengaliri air ke sawah mereka, namun sejak ada normalisasi sungai, bendungan itu justru malah dihilangkan dan tidak dibangun ulang.
Petani yang tidak mau disebutkan namanya menjelaskan,”dulu disini ada bendungan dan airnya mengalir kesana (sawah, red), tapi dibubar dengan alasan akan dibersihkan dan akan dibangun ulang, waktu itu pas Excavator masih disana (belum melewati bendungan yang dibubarkan, red) masih ada bantuan bendungan, dan setelah Excavator lewat (bendungan yang sudah dibubarkan, red) bilang sudah tidak ada bantuan bendungan,”ujar petani aktif yang seharusnya menerima manfaat dari Optimasi Rawa Mendukung Serasi
Diduga dampak dari kurangnya perencanaan yang maksimal, program Optimasi Lahan Rawa Mendukung Kegiatan Serasi Tahun Anggaran 2019 yang memakan anggaran 1 Milyar lebih, akibatnya sekitar 15 hektar sawah petani terancam gagal panen akibat tidak teraliri air oleh program Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan tersebut.
Lebih jauh petani aktif menjelaskan,”perkiraan ada lima belas hektar sawah yang tidak teraliri air, ini untung ada musim hujan kalau tidak ada hujan gagal panen kami, jadi bantuan ini bukan membantu petani malah merusak petani,”keluhnya beberapa waktu lalu
Ketua Gapoktan Fajar Abadi, desa Braja Fajar mengaku tidak tau pasti terkait anggaran dan bangunan,”kalau ingin jelas silahkan tanya sama UPKK, yang menangani dan mengelola semua bangunan dari UPKK,”kata Suharno saat diwawancarai dikediamannya, Minggu (21/06/2020).
Dengan anggaran senilai 1 Milyar lebih, ketua Unit Pengelola Keuangan dan Kegiatan (UPKK) menjelaskan target pekerjaan 50 hari namun selesai dalam waktu 1 bulan, proses kegiatan hanya pengerukan, perbaikan saluran Kuarter dan Subkuarter dengan panjang kurang lebih 7000 Meter, gorong gorong kurang lebih 30 unit, dan pembelian pupuk Petrobio dan pupuk BK.
Sementara itu, saat di singgung keluhan petani terkait tidak mengalirnya air ke sawah petani, ketua UPKK dengan nada sedikit emosional dan meminta kepada wartawan agar memberi tahu siapa petani itu agar di bawa kehadapan nya.
Ketua UPKK yang telah diketahui bernama Sodik Safi’i mengatakan,”siapa orangnya bawa kesini, apa saya kumpulkan masyarakat itu, menguntungkan atau tidak, bapak siap tidak kalau saya kumpulkan masyarakat, nanti bapak datang kesini,”tegas pria yang pernah menjabat sebagai kepala desa setempat
,”karena sebelum ada pengerukan, banjir 2 sampai 3 bulan baru kering, itu padi sampai busuk, kalau sekarang sore penuh pagi sudah tidak ada air, braja fajar ini semua teraliri air, kok bisa tidak teraliri air apa sebabnya,”lanjut Sodik
Anggaran yang disiapkan oleh Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan melalui program Optimasi Lahan Rawa Mendukung Kegiatan Serasi Tahun 2019 bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Perlu diketahui, Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia NOMOR: 03/Kpts/RC.210/B/02/2019 tentang pedoman teknis Optimasi Lahan Rawa Mendukung Kegiatan Serasi Tahun Anggaran 2019.
Maksud dari kegiatan Optimasi Lahan adalah Mengoptimalkan fungsi lahan rawa menjadi lahan pertanian produktif melalui perbaikan tata kelola air dan penataan lahan di lahan rawa, sehingga meningkatkan indek pertanaman dan produktivitas.
Sedangkan tujuan kegiatan Optimasi lahan adalah Meningkatkan Indek Pertanaman, Meningkatkan Produktifitas, Meningkatkan partisipasi P3A/GP3A/Poktan/Gapoktan dalam
pengelolaan lahan rawa.
Penulis : Eri