BERITA TERKINILAMPUNGPringsewu

Limbah Penggemukan Sapi Di Soal Petani…

[su_animate type=”bounceInDown” duration=”0.5″ delay=”0.5″][su_highlight background=”#cf141c” color=”#f5f2f2″]Penalampungnews.com[/su_highlight] |[/su_animate]

Pringsewu| Kotoran hewan atau yang lazim disebut kohe khususnya hewan ternak sapi jika jika diproses maka akan menghasilkan pupuk organik yang ramah lingkungan bahkan mampu meningkatkan unsur hara tanah, bahkan baru baru ini ditemukan cara mengubah kohe menjadi biogas sebagai energi alternatif terbarukan.

Namun jika kohe yang ada tidak diperlakukan dengan bijak apalagi dalam sekala besar maka akan menjadi persoalan tersendiri.

Seperti yang diungkapkan dan dikeluhkan petani yang ada dusun Tulungrejo III Pekon Tulungagung Kecamatan Gadingrejo tempat dimana terdapat sebuah usaha penggemukan sapi yang menghasilkan limbah padat (kohe) maupun limbah cair dari proses pembersihan kandang.

Samiran salah satu petani yang berdekatan dengan kandang penggemukan sapi tersebut saat ditemui Selasa(20/12), mengatakan sudah dua tahun terakhir hasil padi yang dihasilkan sawahnya menurun drastis dan mengalami kerugian akibat limbah tersebut.
“Petani disini mengeluhkan limbah cair yang berasal dari kandang, bukan hanya soal baunya saja tetapi juga berkaitan dengan sawah yang kami garap, air limbah berwarna kebiruan yang masuk ke sawah kami memang menyebabkan tanaman kami tumbuh subur tetapi tidak normal, hanya batang dan daunnya yang subur lebih hijau dan tebal tapi bulir gabah yng dihasilkan banyak yang gabuk(kosong),” ungkapnya.

“Dulu petani disini pernah protes karena tanaman kami mengalami fuso, yang kemudian dari pihak pengusaha membuatkan parit yang dialirkan ke telaga gupit, tapi hanya sebagian sebagian saja yang dibuatkan drainase dan talut, sehingga air tersebut terkadang masih masuk ke sawah kami,” keluhnya.

Sedikit berbeda yang diungkap oleh Tanto yang saat kami temui baru saja usai membajak sawah miliknya.
“Bagi petani yang tahu dan faham limbah cair ini justru bisa dijadikan pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia dan hasilnya sama bagusnya. Tapi bahi yang belum tahu dan tidak mengerti caranya, hasil panennya tidak maksimal karena tanaman padi lebih subur pada bagian batang dan daunnya, dan hasil gabahnya tidak maksimal,” jelasnya.

Benni pemilik usaha penggemukan sapi saat ditemui wartawan penalampungnews.com membantah jika usaha ternaknya mengalirkan limbah ke areal sawah disekitar kandang miliknya.

“Yang kami buang keluar hanya air hujan sedangkan limbah padatnya kami kumpulkan karena banyak masyarakat yang membutuhkan untuk dibuat pupuk organik. Toh kalau ada aliran air itu hanya rembesan saja kandungannya limbahnya tidak lebih dari 10%,” elaknya
Melalui sambungan seluler saat dikonfirmasi, kepala pekon Tulungagung, Amin mengatakan bahwa belum pernah ada aduan atau pun keluhan dari masyarakat terkait usaha penggemukan ternak sapi yang ada di pekonnya.
“Belum ada laporan yang masuk ke kantor pekon dan sepengetahuan saya usaha tersebut sudah mengantongi ijin. Bahkan pemilik kandang sering memberi kontribusi positip untuk kegiatan kepemudaan,” tukasnya.(NA)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button