Ternyata Ini Penyebab Kelangkaan Premium di SPBU BUMD Terminal Menggala,Sampai-Sampai Warga Mengeluh…


Penalampungnews.com-Tulangbawang,
Masyarakat menggala Kabupaten tulang bawang dan sejumlah pengemudi kendaraan mengeluhkan kondisi BBM Jenis Premium di SPBU BUMD 24.345.107 terminal menggala,belakangan ini yang kerap habis di pagi hari sekitar pukul 08.00 / 09.00.
Ada dugaan, oknum petugas SPBU menjual BBM ke pengecor dalam jumlah yang melampaui batas,pasalnya premium ini dalam waktu hanya beberapa jam sudah di nyatakan habis dengan memasang papan pemberitahuan.
“akhir-akhir ini saya pada saat ingin mengisi bbm jenis premium di SPBU Terminal menggala,sekitar pukul 08.00 s.d 09.00 WIB ,tidak pernah kebagian sebab BBM jenis premium ternyata sudah habis,dengan tanda papan bertuliskan mohon maaf premuim dalam pengiriman” ujar nerdi,salah seorang pengemudi kendaraan roda dua,belum lama ini.
Dari hal tersebut serentak membuat geram kalangan masyarakat kota menggala yang sering kali merasa kecewa dengan kelangkaan premium dan pelayanan pihak spbu terminal menggala yang di duga telah lakukan pengecoran bebas kepada puluhan pengecor setiap hari nya.benar saja, dugaan itu terkuak pada saat beberapa masyarakat serta pihak media dan LSM memergoki puluhan kendaraan roda dua dan roda empat sedang melakukan aktifitas pengecoran dengan jerigen dini hari sekitar pukul 02.30 (sabtu 26/08).
Sementara hendra,seorang karyawan yang sedang melakukan pengisian premium ke jerigen milik para pengecor mengaku,untuk pengisian bbm jenis premium ke pengecor diri nya tidak menghitung berapa liter yang telah di berikan ke pengecor “itu semua pakai D.O pak,soal nya saya lupa nggak saya hitung karna banyak jumlah nya”kata hendra sekaligus di iyakan dedek rekan kerja nya.
Terkait hal itu,Heri selaku pengawas di SPBU BUMD 24.345.107 terminal menggala saat di konfirmasi media mengakui tentang prihal pengecoran tersebut dengan sistem 70/30 “jadi kami melakukan pengecoran tentu nya ada dasar dan mekanisme nya, yang pertama ucap heri,kami mengikuti himbawan dari dinas perdagangan dengan mekanisme distribusi 70 umum dan 30 ke pengecor.kemudian,kami juga mengacu ke aturan perpres jadi masyarakat yang ingin mendapatkan bbm bersubsidi itu dengan catatan ada penunjukan SKPD dari wilayah masing-masing”papar heri saat di wawancara media.senin(29/08).
Lanjutnya, mengenai pasokan premium dalam setiap hari nya SPBU terminal menggala mendapatkan jatah pasokan 8000 KL “dan dari jumlah 8000 KL tersebut kami bagikan kepada pengecor 3000 dan kepada umum 5000 liter”jadi untuk jumlah seluruh konsumen pengecor dan jatah per surat izin nya silahkan langsung tanyakan saja ke pak direktur nya karena itu di luar wewenang kami”ungkap heri.
Di waktu yang sama,Ruslan ali saat di temui di ruang kerja nya mengatakan
“mengenai jumlah konsumen pengecor dan berapa jatah mereka per surat izin nya saya nggak tau sebab,saya di sini baru tiga bulan,lagi pula disini juga ada pihak ke tiga yang mengelola yaitu pak sueb,jadi segala sesuatu nya yang tau persis adalah mereka pihak ketiga yaitu heri dan sarip selaku tangan kanan nya sueb,kalau saya hanya urusan yang berhubungan dengan pemerintah saja”.tukas ruslan
Menurut nya bbm jenis premium dua tahun belakangan memang sudah tidak termasuk dalam kategori bbm bersubsidi lagi “jadi kalau mau di cor dan mau di jual mereka lagi dengan harga yang lebih tinggi itu tidak ada masalah karena memang premium itu tidak termasuk kategori bbm bersubsidi lagi”.kata ruslan direktur BUMD spbu teminal menggala.
Sementara itu,Rusli umar ketua DPW Lembaga deteksi anti korupsi (LEDAK) provinsi lampung sangat menyayangkan pihak SPBU terminal menggala yang masih menjual BBM jenis premium kepada para pengecor sementara jatah yang diberikan oleh pertamina memang sudah terbatas.
“Kami sangat menyayangkan atas tingkah laku pengelola SPBU BUMD 24.345.107 Terminal menggala yang masih mendistribusikan BBM jenis premium kepada para pengecor sehingga dampak negatif yang selama ini di khawatirkan bbm jenis premium dalam waktu singkat sekitar pukul 08.00 WIB pagi hari,bahan bakar telah habis,logika nya jika memang benar mengenai mekanisme pembagian premium ke pengecor sebanyak 70 persen dan ke umum 30 persen dari jumlah keseluruhan 8000 liter berarti dari 30 persen berkisar 3000 liter dan sisa nya 5000 liter yang di distribusikan ke umum,lalu yang menjadi pertanyaan jumlah premium sebanyak 5000 liter yang di distribusikan ke umum wajar kah jika dalam hitungan beberapa jam saja sudah habis,seperti pantawan di lapangan beberapa hari yang lalu pada pukul 08.00 s.d jam 09.00 premium sudah di nyatakan habis dan hal sedemikian sudah sering terjadi.
Maka dari itu LSM LEDAK provinsi lampung,meminta kepada para pihak terkait mulai dari Pemerintah melalui Dinas Perdagangan,aparat penegak hukum dan DPRD TUBA serta unsur terkait lainnya untuk mengambil sikap atas kejadian ini, karena persoalan penyakit SPBU 24.345.107. Terminal Menggala, Kabupaten Tulang bawang merupakan kerugian bagi masyarakat banyak khusus nya masyarakat menggala yang sangat kesusahan untuk mendapatkan bbm jenis premium serta bukan hanya kerugian dari segilintir orang saja.
Lebih jauh Rusli umar berharap, untuk semua pihak yang berkopenten harus segera mengambil tindakan untuk mengusut tentang kejadian ini,karena sudah jelas atas perbuatan oknum pengelola SPBU BUMD terminal menggala ini mengakibatkan kelangkaan premium dan yang jelas masyarakat ekonomi lemah lah yang terkena imbas nya mengingat perbedaan harga bbm jenis premium dengan bbm jenis pertalite maupun pertamax sangat jauh berbeda.
“terkait permasalahan yang di lakukan oleh pihak pengelola SPBU BUMD terminal menggala sudah jelas dalam Perpres No. 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak, lalu Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 18 Tahun 2011 tentang Kegiatan Penyaluran Bahan Bakar Minyak, Berdasarkan hal tersebut maka SPBU hanya boleh menyalurkan Bahan Bakar Minyak Premium dan Solar untuk pengguna akhir, bukan kepada pengecor yang menggunakan mobil dengan jerigen lalu untuk dijual kembali ke konsumen,” papar Rusli umar.
(TIM)